KOMUNITAS ALAT MUSIK GESEK

Penulis : Raja Palty Nathanael Arthur

Peliput : Raja Palty Nathanael Arthur

Jakarta dnews 13-010-2011

dnewsbsi.wordpress.com –

Alat musik gesek muncul pertama kali pada abad ke-10. Alat musik ini terdiri dari senar (string) dan Pengesek (bow). Prinsip alat musik ini adalah ketika pengesek ini bergerak menyilang di atas senar dan bergetar yang akan menghasilkan suara.

Kombinasi yang terdiri dari empat instrument gesek dapat disebut dengan “Kuartet Gesek”. Dalam praktiknya istilah “Kuartet Gesek“ merujuk pada sebuah kelompok yang terdiri atas dua biola (biola “pertama”, yang biasanya memainkan melodi dalam nada yang lebih tinggi, dan biola “kedua”, yang memainkan nada-nada yang lebih rendah dalam harmoni), dan terdiri dari satu viola dan satu cello.

Jenis alat musik Kuartet Gesek :

  • Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Orang yang memainkan biola disebut pemain biola (pebiola). Di antara keluarga biola, yaitu dengan viola dan cello, biola memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol.
  • Cello adalah alat musik gesek dan anggota dari keluarga biola. Cello adalah alat musik yang populer dalam banyak segi instrumen tunggal, dalam musik kamar, dan juga sebagai fondasi dalam suara orkestra modern. Orang yang memainkan cello disebut cellis. Cello mempunyai empat dawai, dawai-dawainya biasanya digunakan pada nada (dari tinggi ke rendah) A, D, G, dan C.

Komunitas alat musik gesek “Indonesian Folk Song” memiliki program latihan rutin tiga kali dalam seminggu, yaitu hari Rabu, Jum’at, dan Minggu, bahkan terkadang lebih dari 3 kali dalam seminggu. Hari Rabu dan Jum’at, latihan tersebut diadakan sore hari, pada pukul 15.00 – selesai di Taman Menteng, Jakarta – Pusat dan pada hari Minggu, latihan tersebut diadakan pagi hari, pada pukul 10.00 – 14.00 di Taman Suropati, Jakarta – Pusat. Latihan yang diadakan setiap hari Minggu, diikuti dari semua umur, mulai dari umur 5 tahun sampai dewasa. Materi permainan yang dapat dimainkan oleh komunitas ini sangat beragam, yaitu dari musik popular, musik klasik, musik daerah bahkan musik rohani.

Komunitas “Indonesian Folk Song” ini sudah sering mengisi acara pada event-event kecil sampai event-event besar, event besar yang mereka ikuti adalah mengisi acara di Istana Presiden dan di Gedung Kesenian Jakarta. Komunitas “Indonesian Folk Song” ini lebih mementingkan pada tingkat prestasi mereka. Mereka akan launching dan mengisi acara di Grand Indonesia pada tanggal 20 Januari 2011 dan menjadi bintang tamu utama dalam acara tersebut.

Komunitas “Indonesian Folk Song” ini lebih memilih latihan ditempat terbuka, seperti ditaman-taman, agar lebih berbaur dengan alam dan tidak menimbulkan kejenuhan. “Mereka lebih baik menghabiskan waktu mereka dengan latihan alat musik gesek didalam suatu komunitas mereka daripada menghabiskan waktu yang tidak jelas dengan menonton sinetron atau dengan jalan-jalan yang tidak jelas”, ungkap Gita (salah satu anggota dari komunitas “Indonesian Folk Song”) .

KOMUNITAS BEATBOX

Penulis : Raja Palty Nathanael Arthur

Peliput : Raja Palty Nathanael Arthur

Jakarta dnews 13-10-2011

dnewsbsi.wordpress.com –

Beatbox merupakan salah satu bentuk seni dari Afrika dan seni beatbox ini berkembang sampai ke Amerika yang dikembangkan lagi oleh hip hop jalanan di Amerika. Seni beatbox ini memfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya suara turntable, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya. Pemain beatbox atau lebih dikenal dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian dengan handal. Beatbox selalu dikaitkan dengan vokal perkusi dari Afrika maupun dengan multivokalisme. Meskipun pada dasarnya sama, namun secara umum perbedaan Beatbox terletak pada keterkaitannya dengan budaya dan musik Hip Hop. Meski demikian pada prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre musik lainya seperti Rock, Pop, R&B, dan sebagainya. Para beatboxer yang terkenal dan mewarnai beatbox dunia, Ribswan (Inggris), Darnny (Singapura), Allem (Prancis), Terry (Korea) yang besar di Kanada.

Para penggemar beatbox di Indonesia awalnya belum memiliki komunitas seperti yang ada sekarang ini. Awal berdirinya komunitas Beatbox ini sekitar tahun 2008, dengan nama komunitas “Jakarta Beatbox”, tetapi karena ingin menjangkau sampai seluruh Indonesia, nama komunitasnya berubah menjadi “Indo Beatbox” sampai dengan saat ini. Anggota dalam komunitas “Indo Beatbox” ini berjumlah sekitar ribuan orang diseluruh Indonesia, tetapi yang aktif hanya sekitar 30 orang di Jakarta.

Sebelum adanya komunitas “Indo Beatbox” seperti sekarang ini, para Beatboxer tidak dapat mengembangkan dan berbagi tentang pengetahuan mengenai beatbox. Awalnya, sekitar tahun 2008, juara Beatboxer dari Germany datang ke Indonesia mengadakan acara gathering Go To House untuk memberikan suatu pembelajaran dan motivasi kepada Beatboxer yang ada di Indonesia. Dan dari situlah terbentuk komunitas “Indo Beatbox” yang mengumpulkan para Beatboxer yang ada di Indonesia.

Para Beatboxer tidak hanya terdiri dari laki-laki saja, bahkan ada perempuan yang sangat menyukai beatbox dan ahli pada bidang beatbox. Alasan mereka sangat menyukai beatbox karena beatbox itu Unik. Jarang sekali di Indonesia, khususnya di Jakarta yang bisa beatbox. Jadi mereka mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka lewat latihan dalam komunitas “Indo Beatbox”.

Para anggota beatboxer awalnya mengalami kesulitan pada saat mempelajari tehnik beatbox. Mereka diberikan tekhnik dasar beatbox oleh Indra Azis (beatboxer Indonesia dan pemain musik Jazz) dan Tito (Fade2Black). Pada dasarnya, beat dasar beatbox hanya terdiri dari 3 jenis dasar beat, yaitu B (kickbass) , T (hithat), K (snare).

Setelah kita menguasai ketiga dasar beatbox tersebut, tinggal kita mengembangkannya menjadi suatu nada yang harmonis. Lalu, mereka terus berusaha dan terus berlatih sampai akhirnya mereka dapat menguasai semua tehnik beatbox. “Kami mempelajari beatbox ini karena beatbox ini sangat unik dan lewat beatbox ini, kami dapat menghibur orang lain lewat suara dan gerakan kami”, ungkap Ricardo selaku ketua komunitas “Indo Beatbox”.

SANGGAR CILIWUNG

peliput : Desima

Penulis : irena

Jakarta, dnewsbsi 6-01-2011

dnewsbsi.wordpress.com – Bangunan sanggar ciliwung Sanggar Ciliwung resmi berdiri pada 13 Agustus 2000,
diawali dari cuti sabatikal mantan Direktur Institut Sosial Sandyawan
Sumardi SJ tahun 1999 ketika kejenuhan mulai mengimpitnya. Ia
memilih “menyepi”, merefleksikan aksinya, dan mendalami spiritualitas
dengan mengontrak rumah yang nyaris roboh, di gang yang dikenalnya
saat membantu korban banjir. Pendamping tetap di sanggar ada 12 orang, separuh di antaranya
adalah anak-anak warga di sana. Yanti (22), salah seorang pendamping,
bahkan sudah “ikut” Sandyawan sejak umur 12 tahun. Sanggar ini lebih ke pementasan yang ekspresif dari warga yang ada bantaran sungai dan juga sering diadakan pesta rakyat tiap setahun sekali. tahun. Sanggar sering sekali mengadakan pementasan di BKJ dan beberapa kampus antara lain UI dll. Masih ada lagi kegiatan PA,UBJ, produksi kompos, dan tata ruang. Jika ingin pementasan komunitas sanggar ini mempunyai baju tersendiri berlogo sanggar ciliwung. Karakter dari sanggar ini lebih merakyat dan latihan untuk pementasan ini setiap selasa dan minggu.  Selain pementasan juga ada musik yaitu perkusi yang sudah ada sejak lima tahun silam. Sanggar ini juga sering mendapatkan penghargaan dalam festifal.

Mari kita eratkan buhul solidaritas yang kembali terjalin, dan JAYALAH ANAK PINGGIRAN INDONESIA!

KOMUNITAS ONTHEL DIE OLD BATAVIA

PENULIS : RINA

PELIPUT : EVI

dnewsbsi.wordpress.com – Komunitas ini bernama ODOB atau yang biasa di sebut dengan ONTHEL DIE OLD BATAVIA yang artinya Sepeda Onthel di Kota Tua Jakarta. Komunitas ini berdiri pada tanggal 29 Mei 2009, disekitar Kota tua, Jakarta. Asal mula komunitas ini bermula dari seorang Pria bernama Andre yang sangat menggemari jenis sepeda tua yaitu Sepeda Onthel, kecintaan akan transportasi masa lalu ini membuat dirinya mendirikan komunitas yang anggotanya pun terdiri dari orang-orang yang hobi kepada sepeda tersebut.

Sepeda Onthel yang pertama kali ia miliki adalah sepeda Onthel Hero buatan Jepang, yang ia dapatkan dari pemilik penyewaan sepeda di Kota Tua, Jakarta. Mulai saat itu ia sangat aktif mempelajari jenis-jenis dari sepeda onthel dan atribut atau acessoriesnya. Maka, ia pun bergabung dengan Khlitikan yang anggotanya biasa disebut dengan Khlitikers.

Seiring berjalannya waktu ia pun membentuk Komunitas Ontel juga disekitar kediaman rumahnya yang berlokasi di Pondok Gede. Sebagai ketua di Komunitas ODOB, lalu ia menggabungkan Komunitas tersebut dengan Komunitas Pondok Gede. Setelah keduanya bergabung, di masukkan lah kedalam Komunitas Onthel Panguyuban yang berada di kawasan Taman Mini Indoneia Indah yang berdiri sejak 2008, dan ia masuk sebagai anggota.

Namun, pada bulan November 2010 ODOB resmi berpisah dengan Komunitas Panguyuban karena peraturan yang dibuat tidak sejalan dengan pemikirannya. Pada bulan berikutnya ia mulai mengaktifkan kembali Komunitas yang telah dibentuknya di ODOB.